Selasa, 13 Maret 2012

Seberapa Besar Penghormatan Kita untuk Memuliakan Wanita?


Dalam pesawat yang membawaku ke Kendari untuk amanah training.
Kulihat seorang Bapak usia sekitar 30 tahunan menimang seorang balita umur 2,5 tahunan.

Ku ukir sebuah senyuman, sambil bertanya sebatas berkenalan, "Dimana Ibunya Pak?". Iapun menjawab ragu, "Tidak ada". Aku tak melanjutkan pertanyaan lainnya, takut menyinggung perasaanya. Kualihkan pandangan pada sang anak yang mulai bangun dari tidurnya. Ia mulai menangis di pangkuan ayahnya. Take off pesawat pun dimeriahkan oleh riuh gaduh tangisan sang balita tersebut. Sang Bapak yang duduk bersebelahan denganku itu mencoba meredakan tangis sang anak, "Sudah.. diam.. diam.. tidur.. tidur...". Sangat simpel reaksi sang bapak tersebut. Namun sudah kuprediksi, cara itu takkan ampuh meredakkan tangis sang anak.

Pesawat terus melambung tinggi menembus angkasa raya. Terlihat pesona eksotis Jakarta yang bertabur kerlipan lampu apartemen, hotel dan jalan raya. Namun hatiku masih mencobaberempati dengan apa yang dirasakan sang bapak yang harus membawa seorang anak kecil tanpa kehadiran seorang wanita yang berpredikat bunda. Menit-menit berikutnya tangis sang anak reda, senyap dan cukup syarat tuk membuatku tertidur.

15 menit menuju landing, pramugari dan pilot telah memberikan aba-aba pada setiap penumpang untuk menegakkan sandaran kursi dan menguatkan sabuk pengaman. Di keadaan seperti itu, tercium aroma yang kurang sedap, tepat dugaanku, ternyata sang anak... maaf.. Buang Air Besar..mengotori celana sang ayah dan tempat duduknya. Akupun membantu sang bapak yang terlihat kesulitan itu untuk membawakan tasnya menuju toilet.

Ya Robb, begitu kerepotannya seorang lelaki yang melakukan tugas sehari-hari seorang wanita yang berpredikat Bunda.

Pelajaran berharga bagiku,
Siapapun kita, haruslah memberikan penghormatan pada wanita
yang akan menjadi seorang Ibu bagi anak-anaknya

Banyak wanita luar biasa yang bukan hanya menjadi seorang Ibu namun juga mesti menjadi sosok ayah bagi anak-anaknya.
Namun mampukah seorang lelaki memperlakukan anak dengan lembut layaknya wanita mulia itu?

Kalaulah sekarang banyak lelaki yang mengkhianati istrinya, seharusnya ia merenungkan jasa dan pengorbanan istrinya
Seorang wanita yang merelakan dirinya untuk dinikahi, padahal banyak yang lebih baik dari dirimu
Yang siap menjaga dirinya, mempercantik dirinya, hanya demi suami yang halal bagi dirinya

Sudahkah kau siapkan uang perawatan kecantikannya? padahal setiap hari kau menuntut agar ia tampil begitu mempesona dirimu
Seorang wanita yang tak pernah dibayar untuk mengelola hartamu,
Walau kadang ia bingung, apa yang harus dikelola. Karena uang darimu pas-pasan bahkan lebih tepatnya kurang

Seorang wanita yang harus melahirkan anakmu, membesarkannya, lalu mendidiknya
Walau dana pendidikan darimu sangat terbatas, namun ia tetap sabar dan tabah

Seorang wanita yang siap menerima dirimu apa adanya, menjadikan dirimu imam baginya
walau jika boleh jujur, ilmu dan keterampilannya jauh melebihi dirimu

Wanita yang mau berbagi penghasilannya, demi keluarga yang ia bina denganmu..
Bahkan tak jarang membantu setiap pencapaian kesuksesan dirimu

Wanita yang siap mendengarkan keluh kesahmu, meneguhkan imanmu, menguatkan perjuanganmu
Ia yang siap hidup prihatin denganmu, padahal mungkin dulu ia hidup serba berkecukupan

Tak cukup rasanya triliyunan rupiah untuk menghargai perjuangan, kelembutan dan kesabarannya..

Orang yang mengikhlaskan dirinya untuk setia bersamamu seumur hidupnya
tua bersama, bahagia bersama
walau tak jarang kata, ego dan prilakumu
sangat menyakiti hatinya yang sensitif itu

Ah.. aku tak cukup dewasa untuk melukiskan sosok yang hebat itu
Karena ia tiang agama, mencetak para pemimpin bangsa yang beradab
Jika hari ini negeri kita kekurangan stok pemimpin yang diharapkan
boleh jadi berkorelasi piositif dengan pertanyaan ini,
"Seberapa besar penghormatan kita untuk memuliakan Wanita?"
yang kan melahirkan pemimpin yang bermoral, atau tidak sama sekali
Semoga saya, Anda dan kita semua dapat memuliakannya karenaNya. 

Wallahu'alam bishshawab..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar